Senin, 12 Juni 2017

Berguru Langsung Kepada Allah

Kamis, 11 Oktober 2012

Saat kuliah, sekitar tahun delapan puluhan, aku bertemu guru spiritual yang amat lembut hati tapi tegas dalam menyampaikan ajaran Allah dalam al qur'an.  Beliau bapak Syamsul'alam, seorang penulis yang tulisan-tulisan beliau sudah aku kenal sejak aku SMP.

Saat itu beliau membahas tentang 'Sing ghaib lan nyata ing Islam', aku tergerak untuk menulis surat kepada beliau guna menanyakan berbagai hal yang sering kualami sejak kecil mengenai keindigoanku.  Beliau menjawab dengan jawaban yang amat memuaskan rasa gamang yang kualami selama bertahun tahun.  (suatu saat aku ingin bikin blog khusus antaraku dengan beliau, InsyaAllah)

Aku bilang ingin berguru kepada beliau, beliau tidak menolak, tapi menjawab begini :"Bergurulah langsung kepada Allah walaupun secara lahiriah kamu berguru kepada sesama manusia".  Lalu beliau mengajariku berbagai hal yang membuat aku bisa 'menangkap' jawaban, petunjuk dan isyarat dari Allah.

Secara sederhana berguru langsung kepada Allah itu begini,  lahiriyahnya kita belajar dari seseorang, mungkin lewat bertatap muka langsung, atau lewat televisi, radio, membaca buku, internet dll. Tapi dalam hati kita membangun komunikasi dengan Allah, memohon dengan kerendahan hati agar Allah memberi petunjuk dan hikmah, menuntun kita dalam kebenaran versi Allah.

 
TAHANUTS

Pada saat sebelum dan sesudah diwisuda menjadi nabi, Nabi Muhammmad saw sering melakukan tahanuts di gua hira, meninggalkan urusan dunia dan masyarakatnya. Dulu di bangku sekolah, kita diajarkan Nabi melakukan tahanuts yang berarti memikirkan masyarakatnya, jadi yang kita fahami nabi melakukan proses 'berpikir' atau aktifasi otak.

Setelah bertemu bapak Syamsul'alam, baru kutahu bahwa yang dilakukan Nabi bukanlah proses berpikir, kalau berfikir bukan tahanuts istilahnya, melainkan 'tafakur'.

Tahanuts  merupakan proses 'olah batin',  yaitu menonaktifkan pancaindra dan pikiran (memori, angan-angan, logika), setelah semua hal itu non aktif, hatilah yang kemudian diaktifkan.  Dalam praktek yang kulakukan, kadang prosesnya bisa terbalik, mengaktifkan hati dulu, baru secara otomatis panca indra dan otak menjadi non aktif.  Semua itu tergantung kondisi masing-masing orang kukira.

Karena panca indra non aktif, otomatis kita tak akan mendengar apapun walau kita sedang berada dalam suasana bising gak karuan.  Kalau menonaktifkan mata, mudah, caranya ya dengan memejamkan mata.  Sedangkan menonaktifkan indra perasa kadang membuat tubuh kita berasa 'melayang', seperti tidak punya tubuh.  Tapi semua itu sifatnya individual banget kukira, yang penting hati bisa aktif.

Yang agak sulit ya menonaktifkan pikiran.  Kadang pikiran masih 'hiruk pikuk' walau kita berada di keheningan dan kesunyian malam.  Salah satu cara agar pikiran kita segera hening adalah dengan membiasakan diri memasrahkan segala persoalan kepada Allah.  Latihan memasrahkan segala persoalan besar atau kecil ini  kita lakukan setiap hari, setiap kesempatan.  Hikmahnya pikiran lebih tenang dan lebih mudah hening.

Hati adalah salah satu saluran yang digunakan Allah untuk berkomunikasi dengan makhlukNya, dengan demikian wahyu yang diterima Nabi Muhammad juga melalui hati, bukan melalui otak.  Begitupun petunjuk yang diberikan Allah kepada kita makhlukNya, melalui hati. Makanya orang yang sesat/tidak mendapat petunjuk disebut di al qur'an sebagai orang yang buta mata hatinya, ada penyakit di hatinya, Allah kunci mati hatinya, hatinya keras seperti batu, hatinya tertutup.

Belakangan ini kita tahu, menurut penelitian para ahli 88% keberhasilan manusia ditentukan oleh kekuatan hatinya, sedangkan 12% nya oleh kekuatan pikiran/otaknya.  Ini membuat kita faham mengapa para nabi dan para sahabat adalah orang-orang yang sukses dunia dan akhirat mereka, mereka kaya raya dalam harta dan kuat dalam pengaruh, 1/4 dunia tunduk pada Islam dalam kurun waktu yang begitu singkat (23 tahun).  Al qur'an sebagai pedoman hidup mereka, menyebut kata hati (380 kali) jauh melebihi kata pikiran (8 kali).

Tahanuts punya makna yang hampir sama dengan meditasi dan semedi (jawa), yang membedakan adalah arah perhatian/tujuan kita dalam mengarahkan 'antena' hati kita.  Musti ditujukan ke Allah tentu saja, hanya Allah !!!

Dalam tahanuts, aktifnya hati akan membuat aktif juga pendengaran hati, penglihatan hati dan kesimpulan hati.  Yaaa, dengan ijin Allah hati bisa mendengar, bisa melihat, bisa merasakan dan bisa menyimpulkan.  Ini sebuah 'petualangan' ke alam hati yang luas dan indahnya tak terperi.

Saat tahanuts, hati kita seperti 'bertemu' dengan Allah, nikmati saja saat itu karena keindahannya luar biasa. Bila ditengah-tengah tahanuts muncul gangguan pikiran, sampaikan saja kepada Allah, lalu kembali konsentrasi ke hati.  Bila muncul gangguan lagi, kembalikan lagi posisi ke hati.  Itu merupakan sebuah latihan yang bila kita lakukan terus akan membuat kita semakin terampil dalam mengaktifkan hati.

Tahanuts yang berhasil minimal akan membuat perasaan hati kita menjadi tenteram, merasa selalu dalam 'timangan' dan kasih sayang Allah, memberi kebahagiaan tiada tara.

Tingkatan selanjutnya kadang Allah memperlihatkan kita 'sesuatu', seperti sebuah film (biasanya menjadi nyata) atau huruf-huruf yang bisa kita baca, ini bila penglihatan hati yang aktif.  Bila yang aktif pendengaran hati, maka hati akan mendengar suara (Indah gak pernah mengalami yang ini), atau kadang langsung kesimpulan-kesimpulan dan kalimat-kalimat yang jelas seperti 'tercetak' di hati kita.

Sering juga petunjuk Allah datangnya lewat mimpi dalam tidur setelah tahanuts.  Nikmati saja semua itu sebagai sebuah perjalanan kita menuju Allah dengan segala keindahannya.

Melalui saluran apapun, baik penglihatan hati, pendengaran hati, mimpi atau kesimpulan hati, bila petunjuk itu benar-benar dari Allah, rasanya amat sejuk dan mendamaikan diri, keluarga dan lingkungan.

Kadang memang syetan sering masuk memberi 'petunjuk', untuk mengetahui bila itu dari syetan, rasakan efeknya, pasti ke arah yang membingungkan, menyedihkan dan ujungnya adalah kehancuran walaupun caranya halus sekali dalam membawa kita ke kehancuran.  Posisi bisikan syetan inipun berada di 'dinding hati', sedangkan petunjuk Allah berada di kedalaman hati. Ya kita memang musti hati-hati dan waspada.

Alhamdulillah di masa sekarang, ada cara yang lebih mudah untuk mengaktifasi hati, dengan bantuan audio, judulnya 'audio cd brainwave management' (kalau gak salah). Pertama kali ketemu audio cd ini dari buku Quantum Ikhlasnya Erbe Sentanu.  Bisa juga nyari di youtube.  Silahkan mencoba.

Bila kita sudah faham bahwa hati memegang peranan penting dalam komunikasi kita dengan Allah, kita menjadi lebih faham lagi sekarang betapa pentingnya menjaga hati tetap suci.  Dengan kesucian hati inilah kita mendapat petunjuk, dan hanya dengan petunjukNya kita bisa sukses dunia dan akhirat. 

Beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya, dan merugilah orang yang mengotori jiwanya , ini dijelaskan dalam al qur'an surat As Syams. Mau beruntung atau mau merugi adalah pilihan kita.

Kapan sebaiknya melakukan tahanuts?

Kapan saja dan dalam posisi apa saja, sedang duduk, berdiri, tidur, berjalan, berbaring ..... 

Paling bagus kita sengaja bertahanuts tiap kali sesudah shalat wajib.  Paling afdhol memang di malam hari, suasana sunyi amat mendukung hati untuk lebih cepat masuk dalam khusyu'.  Sambil membaca dzikir boleh juga.

Agama adalah rasa, itu kata eyang Virien.  Rasanya adalah bahagia tak terkata, itu kata Indah.

MANUNGGALING KAWULA GUSTI

Apa tuh manunggaling kawula gusti? Maaf, Indah memakai istilah bahasa Jawa, karena eyang Syamsul'alam memang menulis menggunakan bahasa Jawa di majalah Jawa "Panyebar Semangat".

Manunggaling kawula gusti itu maksudnya menyatunya hamba dengan tuhannya, tapi jangan berpikir menyatu secara fisik gitu ......... wah, jangan ....... Allah itu kan berbeda dengan makhluk.  Kalau eyang Syamsul'alam lebih suka bilang 'manunggaling karsa kawula gusti' yang artinya menyatunya kehendak hamba dengan Tuhannya.

Menyatunya kehendak antara hamba dengan Allah itu secara sederhana maksudnya begini :  apapun dan kejadian apapun yang Allah kehendaki terjadi pada diri seorang hamba, hamba itu akan menerimanya dengan bahagia. Secara lebih mendalam maksudnya kehendak hamba sudah menyatu dalam kehendak Allah dan kehendak Allah sudah menyatu dalam kehendak hamba, jadi seorang hamba bisa tahu apa kehendak Allah untuknya, dan 'kehendaknya sendiri' sudah menjadi kehendak Allah.  Aku tulis 'kehendaknya sendiri' berada dalam tanda kutip, karena kehendak dalam diri seseorang musti melewati aproval dulu dari Allah, Allahlah yang mengijinkannya, Allahlah yang menggerakkannya, bahkan Allahlah yang menumbuhkannya.

Yang  menarik dari manunggaling kawula gusti , adalah terjadinya proses 'kun fayakun' dalam dirinya, bila terjadi dalam diri para Nabi disebut mu'jizat seperti saat N Musa membelah laut , dalam diri para wali disebut karomah seperti yang terjadi saat Sunan Kalijaga menunjuk pohon yang buahnya langsung berubah menjadi emas.  Bila terjadi pada manusia biasa adalah mewujudnya segala keinginan dalam waktu singkat, misalnya dia kepingin ayam goreng, tak lama ada tetangga ngirimin ayam goreng persis yang dibayangkannya.

Dalam tingkatan yang lebih tinggi lagi , manunggaling kawula gusti membuat seorang hamba mempunyai kekuasaan dalam wilayah yang tak kasat mata.  Dia bisa mengatur dan mengendalikan orang banyak , baik orang yang dia kenal maupun tidak hanya lewat kekuatan ruhaniahnya.  Dia juga bisa memerintah benda-benda , makhluk halus dan alam untuk menurutinya. Semua dia lakukan untuk mewujudkan tatanan yang lebih baik di alam semesta, seperti kehendak Allah.

Melatih diri untuk bisa manunggaling kawula gusti ini dimulai dari hal yang kecil-kecil dalam kehidupan kita, sampai peristiwa yang menurut kita besar dan berat. Dalam kehidupan ini segala macam peristiwa terjadi ; pahit-manis, kecewa-bahagia, kehilangan-bertambah, memberi- menerima ..... banyak hal, dan setiap orang mengalami.  Harus disadari bila aneka peristiwa dalam kehidupan itu merupakan salah satu cara komunikasi Allah dengan makhlukNya.

Persoalannya adalah, mampukan kita menerjemahkan bahasa peristiwa ke dalam bahasa pengertian hati yang menyampaikan kita akan maksud Allah memberikan semua hal dan peristiwa tersebut kepada kita?

Latihannya begini, sadari dulu bahwa segala hal dan peristiwa itu terjadi karena Allah dan dengan ijin Allah, Allah memberikan itu semua adalah berdasarkan kasih sayang, cinta dan kebijaksanaanNya, semua pasti baik bagi kita. Biasakan untuk 'setuju' dengan takdir dan ketentuan Allah hingga hati secara otomatis 'berfihak' kepada Allah. Bila sudah memahami point ini, maka hati akan selalu menerima dengan rela dan bahagia.

Nah, saat hati bisa menerima dengan segala keikhlasan, biasanya akan muncul hikmah atau 'isi' dibalik 'bungkus' atau 'maksud Allah' dibalik 'kejadian'.  Kita akan bisa melihat 'sesuatu' dibalik yang 'tampak'.

Setelahnya hati akan bisa memahami maksud Allah. Lama kelamaan Allah akan menganugerahi kita sebuah pengertian yang mendalam mengenai berbagai hal, peristiwa dan perilaku orang.  Ini membuat kita tidak asal menyimpulkan sesuatu dari yang kita lihat, kita tidak mudah mengomentari sesuatu atau menghukumi sesuatu yang dari luarnya kelihatan salah.  Dengan kata lain, Allahlah yang menuntun hati kita ke arah pemahaman-pemahaman yang mendalam.

Dari hati yang tertuntun inilah mewujud nyata pribadi muslim yang 'rahmatan lil alamin', hatinya dipenuhi kasih sayang pada alam semesta, karena hatinya sendiri lebih luas dari alam semesta.  Dia tak lagi bisa membenci walau terhadap orang yang menyakitinya, tak bisa lagi menyalah nyalahkan orang lain ..... ya karena dia bisa melihat dengan sebenarnya betapa orang yang membencinya adalah orang yang sedang menderita lahir batin, dia jadi mudah memaafkan, mendoakan dan tetap menyayangi.   

Ini sebuah perasaan yang membuat kita tenang dan bahagia.Sebenarnya, perasaan yang ingin kusampaikan adalah perasaan yang lebih dari sekedar bahagia, sebuah rasa yang sulit diungkapkan.  Di posisi ini kita bisa melihat segala kejadian di seputar kehidupan kita dengan 'cara pandang Allah', bisa menerjemahkan segala hal dengan kedalaman makna dan keluasan hati.  Indah sekali !!!

Pribadi yang sudah manunggal karsa dengan Allah, adalah pribadi yang tak lagi memikirkan dirinya sendiri atau sibuk dengan urusan dan kehidupannya sendiri, karena dia sudah memahami apa 'peran' yang diberikan Allah untuknya, manusia inilah yang disebut 'wali Allah'.

Jangan pikir seorang wali Allah adalah seorang kiai dengan banyak santri, atau ulama dengan jutaan jamaah ..... karena Allah Maha Adil, sebenarnya di masyarakat banyak tersebar para wali Allah menurut posisi, strata sosial, bidang  dan tugas masing-masing, hingga seluruh masyarakat bisa tersentuh  mereka. Bahkan doa mereka begitu 'membumi' dan menyentuh jiwa-jiwa gundah tanpa diminta.

Memangnya Indah sudah 'manunggaling kawula gusti' ?  Hmm ........ sejujurnya aku masih suka kaget dan nangis-nangis bila ada hal yang luar biasa ........ Sebagai seorang wali (hmmm....) sementara ini masih berada di posisi wali murid dan wali mahasiswa saja .... hehehe .... tapi pinginnya sih jadi seperti yang dilukiskan di ayat ini :

Al Qur'an [10:62] Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar